Petama Ke Jakarta dan Gagal Ke Monas

Setelah kurang lebih hidup di Indonesia selama hampir 24 Tahun baru kali ini saya mengunjungi Jakarta. Ini ini juga merupakan pengalaman pertama saya naik Kereta Api.

Singkat ceritanya ada kesepakatan untuk meeting suatu project bersama Airul dan Mas Dian yang mengharuskan saya datang ke Jakarta, Sebenarnya tempat meetingnya di Pamulang, Pamulang Jakarta bukan sih ? Tangerang selatan ya?

Hal-hal yang saya lakukan sebelum dan selama Jakarta :

Saya berencana akan berada di Jakarta kurang lebih selama satu minggu, jadi banyak persiapan yang musti saya persiapakan, mulai dari barang bawaan sampai akomodasi. Ini merupakan momen yang berharga selain karena kepentingan pekerjaan perjalanan ini juga sekalian refresing.

Membeli Tiket & Memilih Kereta

 

Jadi dua minggu sebelum 26 Oktober 2018 saya sudah memesan tiket via tokopedia, saat itu saya milih kereta Eksekutif BIMA, ya karena pengalaman pertama saya milih kereta yang bagus, mumpung gratis juga karena dibayarin sama si Bos Airul, hehehe.

Menurut Airul selama dia bolak balik Jakarta-Madiun selalu menggunakan kereta BIMA, selain karena bersih dan interiornya bagus kereta BIMA terpasuk kereta yang cepat dan anteng.

Packing dan Perisapan

Baju ganti, Laptop dan peralatan lain sudah masuk tas. Karena ini pengalaman pertama naik kereta dua hari sebelum berangkat saya datang ke stasiun Madiun untuk mencari Informasi tata cara naik kereta, katrok memang tapi ya gimana daripada keliru malah jadi repot ntar.

Saya bertanya kepada pegawai yang menjaga pintu masuk di depan, “ Mohon maaf pak, Ini saya besok mau pergi ke Jakarta naik kereta, boleh tau gimana ya pak prosedurnya?, Karena ini pertama kali saya naik kereta”, dan alhamdulillah sama pegawai itu di jelaskan bla bla bla mulai dari print tiket hingga nunggu kereta datang, alhamdulillah sudah ngerti sekarang cara naik kereta.

Berangkat Ke Jakarta

Tanggal 26 Oktober 2016 jam 19.30 itulah jam keberangkatan kereta yang saya tumpangi. Saya datang ke Stasiun satu jam lebih awal. Tepat pada jam 19.35 saya naik kereta, dalam hati cuma berucap “Bismillahi Tawakkaltu ‘Alallah”, eh baru berjalan berapa menit di perut sudah mual-mual, Untungnya sudah sedia obat anti masuk angin.

Sampai di Jakarta

Stasiun demi stasiun sudah terlewati, Dari Provinsi Jawa Temur, Jawa Tengah, Jawa Barat. Akhirnya sampailah saya di Stasiun terakhir yakni Stasiun Gambir. Kereta berhenti tepat jam 05.30 dan pagi itu saya sudah resmi menghirup udara kota Jakarta, tak pakai lama-lama langsung saja saya cari tukang ojek buat mengantar ke Pamulang.

Dari Gambir menuju ke Pamulang saya naik Ojek, Oh ya pamulang adalah rumah Mas Dian yang saya ceritakan di atas, Perjalan ke Pamulang cukup jauh, butuh waktu sekitar 45 menitan untuk sampai ke Pamulang.

Mungkin apa yang saya rasakan saat itu sama seperti apa yang dirasakan kebanyakan orang yang pertama kali datang ke Jakarta. Apalagi orang kampung seperti saya, pasti kagum melihat gedung tinggi dan jalan yang ramai.

Sampai di Rumah Mas Dian ( Pamulang)

Akhirnya sampailah saya di depan rumah Mas Dian bersama tukang Ojek setelah sedikit kebingungan mencari alamat karena masuk perumahan. Ternyata tukang ojek yang mengantar saya adalah orang Madiun juga, jadi agak nyambung kalau ngomong pakai bahasa Jawa.

Berapa Pak ? Saya tanya berapa tarif kepada tukan Ojek, Si abang ojeknya jawab “150.000 aja Mas” , menurut saya mahal banget tarifnya, karena saya tak tahu tahu tarif aslinya berapa dan di awal saya juga tak tanya tarif ke abang Ojeknya akhirnya saya bayar saja.

Akhirnya saya dipersilahkan masuk ke rumah Mas Dian dan bertemu beliau dan Airul, Singkatnya saya ditanya Mas Dian “Dari gambir ke sini naik apa mi?”, “ naik ojek Mas “ jawab saya, “ Kena tarif berapa?”, saya jawab bohong “ hhm berapa ya tadi, 70.000 Mas”, “ o ya wajar kalau Ojek emang segitu, kalau pakai Grabcar cuma 40.000-50.000”. Dalam hati cuma ketawa ketawa sendiri karena saya sudah mengira 150.000 itu kemahalan untuk tarif ojek.

Berkunjung Ke Tangerang

Keesokan harinya saya sama Airul berkunjung ke tempat kakaknya yang berada di Tangerang, deket pasar Curug seingat saya, kami memakai Sepeda motor matic punya Mas Dian, Perjalanan dari Pamulang ke Tangerang sekitar 1,5 Jam, Kami menginap selama 2 malam dan berenca untuk main ke Monas sambil pulang ke Rumah Mas Dian di Pamulang nanti.

Perjalanan Ke Monas

Setelah 2 Hari 2 Malam menginap di Tangerang akhirnya kami memutuskan untuk ke Monas, karena memang tak hafal jalan ke Monas kami hanya mengandalkan Google Maps.

Selepas sholat dhuhur saya dan Airul berpamitan ke Kakak Airul untuk pulang, Dengan santai kami menyusuri jalan Kab. Tangerang untuk menuju ke Jakarta menggunakan motor matic.

Dari Tangerang perjalanan masih lancar karena memang jalan tidak terlalu ramai. Jalan mulai terasa tidak mengenakkan ketika memasuki kota Jakarta, karena saya tidak tahu arah jalan, saya cuma ikutin instruksi dari Airul yang saya bonceng dibelakang.

Beberpa kali kami hampir salah jalur, hampir masuk jalan khusus mobil karena di Google Maps tidak ada keterangan jalan mana saja yang dilarang dilalui roda dua.

Terjebak Kemacetan

Waktu sudah menunjukkan 15.00 kami belum sampai juga ke Monas, masih muter-muter mencari jalan alternatif menghindari kemacetan, tanpa sadar tiba-tiba jalan alternatif yang kami pilih ternyata masuk menyebrangi TPU Tanah Kusir, dalam hati “ Ini mau ke Monas apa mau ziarah” kocak memang.

Meskipun sudah mencari jalan alternatif Eh tetap saja beberapa kali kami masih terjebak kemacetan panjang. Begini ya yang dialami orang Jakarta sehari-hari ? tak heran jika kemacetan selalu menjadi topik berita di TV.

Sampai di Monas

Setelah berjuang lama menghadapi kemacetan akhirnya jam 16.00 kami sampai juga di Monas, Dalam hati senang sekali bisa melihat Monas dari dekat. Selama ini hanya bisa melihat Monas dari TV dan Internet saja. Tapi rasa senang itu berubah ketika ternya kami tidak bisa memasuki area Monas.

Motor saya parkirkan di Stasiun Gambir, kami berjalan menuju Monas, Setiba di depan pintu masuk ternyata pintu besi berwarna hijau itu terkunci alias Monas Tutup, Yahh, Tiwas macet-macetan ternyata gak bisa masuk Monas.

Kata pegawai kebersihan yang adal di dalam monas itu “Monas tutup mas , lagi dibersihkan, baru ada event kemarin”

Ini adalah beberapa foto saya waktu gagal masuk ke Monas Sore itu:

Ke Masjid Istiqlal

Akhirnya saya inisiatif untuk mengunjungi Masjid Istiqlal, Ya lumayanlah , Gak ada Monas Istiqlalpun jadi , Kami berjalan kaki dari Monas menuju ke Masjid Istiqla, Kelihatannya dekat ternyata lumayan jauh juga, Eh tak disangka sudah capek-capek jalan ternyata beberapa pintu masuk Masjid Istiqlal juga ditutup, karena sudah capek akhirnya kami menyerah untuk menuju pintu yg lain dan memutuskan kembali.

Kami istirahat sejenak dan mencari makan di Stasiun Gambir sambil melepas lelah, sambil menunggu adzan magrib. Singkatnya setelah usai sholat magrib kami memutuskan untuk pulang ke rumah Mas Dian di Pamulang.

Balik ke Rumah Mas Dian

Bismillah, kami tancap gas dari Monas ke Pamulang, Satu hal yang saya lupa saat itu, saya kira perjalanan akan lancar dan nyaman ternyata saya lupa dengan kata “Macet” yang sudah melekat untuk kota ini.

Baru beberapa menit keluar dari kawasan Monas, gerombolan motor dan mobil yang panjang itu sudah menyapa.

Terjebak Kemacetan Lagi

Debu, asap kendaraan mewarnai perjalanan saat itu, belum lagi di beberapa titik kemacetan sedang ada proyek pembangunan gedung, ya ampun bisa stres di jalan jika setiap hari begini. Belum lagi jika ketemu pengendara motor lain yang naiknya tak beraturan, klakson sana-sini, yang jelas saya kaget dengan kondisi jalan Jakarta.

Karena capek ditengah kemacetan tiba-tiba motor saya pinggirkan, Airul tanya “ Lho lho ngopo mandek, sik adoh iki bro” saya bilang “ sik sik ra kuat aku golek banyu sik”.Saya beli air mineral di pedangan kaki lima dan minum es puter yang juga dijual di pinggir jalan.

“Ditunggu sampek sepi wae” ucap saya saya saat itu, Airul cuma ketawa “hahaha, Yo ngeneki Jakarta ki Jo”, tanya saya “ Macet pirang kilo sih ?”, sambil lihat di Google Maps Airul menyebutkan titik titik mana saja yang macet dan berapa panjang kemacetannya, “ Yo ngeneki Jo, Opo maneh iki wayahe wong mulih kerjo”.

Ke Monas gagal, Ke Istiqlal juga gak bisa masuk, ditambah susah pulang karena macet, Lengkap sudah.

Sampai dan Istirahat Rumah Mas Dian

Saya tak tahu persis dimana saya berhenti yang jelas saat itu saya nunggu kemacetan reda, baru jam 21:00 kami melanjutkan perjalana. akhirnya kami sampai ke Rumah Mas Dian di Pamulang sekitar jam 21:30.Habis mandi saya langsung istirahat karena memang sudah lelah naik motor dan menjalani kemacetan.

Itu lah pengalaman pertama kali ke Jakarta dan gagal ke Monas, Semoga saja suatu saat bisa ke Jakarta lagi dan bisa ke Monas. Amiin.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *